Kamis, 21 November 2013

PEMUDA DAN HEDONISME


PEMUDA DAN HEDONISME
Oleh. Akhmad Hasan Saleh


A.  Gerakan Yahudi
Pemuda merupakan generasi yang sangat ditunggu oleh seluruh kalangan pemimpin dimanapun karena pemuda memiliki idealisme dan mempunyai kekuatan untuk merubah segalanya menjadi lebih baik atau lebih buruk. Karena dinegara manapun pemuda memilii peranan penting dalam perubahan sehingga dapat dikatakan bahwa pemuda sebagai change generation. Selain idealisme dan kekuatan perubahan, pemuda juga menjadi garda terdepan dalam segala bidang.
Pemuda merupakan rebutan bagi mereka (negara) yang memiliki obsesi untuk memperbaiki atau menghancurkan dunia atau negara-negara musuhnya. Oleh karena itu, Barat sebagai negara adi kuasa – dalam hal ini adalah Amerika sebagai pemegang yang banyak berkuasa terhadap negara-negara lemah dibawah control oleh Yahudi yang memiliki misi untuk dunia adalah merusak agama-agama, sehingga pemuda tidak lagi memegang teguh terhadap keyakinannya yang membawa kebenaran ilahi. Bahkan banyak terjadi distorsi (penyelewengan-pemutarbalikan) ajaran-ajaran agama. Pemisahan agama dalam setiap aktivitas sehari-hari menjadi tujuannya, sehingga tidak ada lagi pemuda yang perduli terhadap religius value. Tujuan akhirnya adalah manusia atau pemuda tidak lagi memiliki agama (atheis). Sebagaimana Allah berfirman:

”Hari rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, Yaitu diantara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka:"Kami telah beriman", Padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (orang-orang Yahudi itu) Amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan Amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah di robah-robah oleh mereka) kepada kamu, Maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini Maka hati-hatilah". Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, Maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.(QS. Al Maidah: 41)

 “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.....” (QS. Al Maidah: 82)

Gerakan yang dilancarkan oleh Yahudi bagi para pemuda adalah gerakan hedonisme. Hedonisme ialah budaya yang lahir daripada asas sekularisme yang lebih mementingkan hiburan dan kadang-kala menolak dominasi pemahaman agama dalam pengamalan. Berasal dari istilah Greek, hedone yang bermaksud keseronokan, kelezatan dan kegembiraan. Budaya kegilaan pada hiburan ini bermula di Eropa selepas zaman Rainessence atau lebih mendalam lagi selepas pemerintahan Ratu Victoria. Ketika era pemerintahan Ratu Victoria, ajaran Kristian begitu diagungkan sehingga wujud pengharaman terhadap segala bentuk hiburan. Namun, pengganti Ratu Victoria kemudian membenarkan semua jenis hiburan sehingga mewujudkan suasana hedonisme.
Menurut Yusuf Qardhawi, hedonisme modern dipelopori oleh golongan Hippies. Golongan ini mengamalkan ideologi kehidupan bebas tanpa beban dan batas. Akibat dari ideologi ini, mereka telah terpesong dalam gejala-gejala yang bertentangan dengan norma kehidupan seperti arak, seks bebas dan sehingga ke peringkat menolak agama.

B.  Misi Hedonisme
Misi Yahudi dengan hedonisme yang dijalankan tersebut melalui 4 F: FOOD, FUN, FASHION, FREE SEX. Dengan gerakan 4F tersebut telah memberikan keberhasilan pada mereka untuk menyesatkan pemuda. Gerakan 4F telah lama dilakukan, terutama dinegara-negara muslim sebagai sasaran utamanya.
Pertama, FOOD merupakan incaran yang sangat menarik yang tidak hanya dinikmati oleh pemuda bahkan seluruh manusia. Telah banyak menu makanan yang menyebar di Indonesia dari Barat dalam bentuk fast food (makanan cepat saji). Dengan adanya makanan-makanan tersebut menjadikan pemuda untuk hidup boros. Apalagi pengolahan makanan tersebut tidak terjamin kehalalannya. Sekarang dapat kita lihat dipinggiran jalan (trotoar) yang tidak hanya difungsikan sebagai jalan, namun lebih banyak digunakan untuk tongkrongan malam atau dikenal dengan cafe jalanan. Tempat itulah yang digunakan oleh pemuda sebagai tempat legal untuk bermaksiat : pacaran, gosip, pegang-pegangan bahkan lebih dari itu. Incaran Barat tidak hanya sekedar food, namun didampingi dengan minuman dan drugs (narkoba).
Kedua, FUN sebagai kendaraanya adalah musik sebagai penghibur bagi pemuda. Ternyata saat ini pemuda menggandrungi musik sebagai hiburan satu-satunya yang dapat mengakomodir seluruh kreatifitas dan aksinya. Bahkan musik sebagai hiburan juga telah menyebar pada kalangan usia-usia tua, di Barat ada club-club granfather – Indonesia pun tidak kalah semaraknya dengan kegiatan-kegiatan arisan yang didalamnya terdapat musik-musik country. Sedangkan dikalangan pemuda terdapat group band, rock, rap dan sebagainya. Bahkan dikota-kota besar para pemuda banyak ’nongkrong’ di club-club malam, diskotik dan cafe dengan suara musik yang sangat keras. Gerakan yang dilancarkan Yahudi tidak hanya sekedar berhenti pada musik belaka, namun follow up yang sekarang dilakukan adalah pemakaian narkoba yang disebar dikalangan pemuda dengan jaringan yang sangat kuat dan masif (mafia). Bentuk lain dari strategi fun yang dilakukan oleh mereka adalah game yang berupa permainan-permainan dengan teknologi canggih. Bahkan pada akhir-akhir ini banyak anak sekolah yang ikut serta dalam game online dengan cara mengumpulkan point yang ditukar dengan hadiah-hadiah menggiurkan bahkan point itu dapat diperjual belikan. Sehingga pemuda tidak lagi terpusat pada tujuan dirinya untuk mencari ilmu. Dari sekian banyak game yang ada hampir seluruhnya sebagai pencuci otak (brainwashing) bagi pemuda. Tanpa disadari pemuda telah banyak menghadiskan waktunya untuk ikutserta menyuburkan misi Yahudi. Anehnya pemuda bersenang-senang dalam perangkap Yahudi untuk menghancurkan dirinya sendiri. Bahaya dari musik adalah syair-syairnya yang menjauhkan diri kita dari Allah bahkan bagaikan mantra untuk lupa kepada Allah dan Rasul-Nya.
Ketiga, FASHION sebagai assesoris pemuda masa kini untuk menunjukkan jati dirinya sebagai pemuda gaul masa kini. Segala model pakaian mulai dari yang menampakkan sebagian tubuh sampai menampakkan bentuk tubuh dengan istilah berpakaian tetapi telanjang. Pemuda tidak lagi mempedulikan tubuhnya walaupun menjadi tontonan banyak orang dijalanan. Perkembangan fashion dengan segala model pakaian modis menjadikan pemuda dan pemudi memamerkan tubuhnya untuk dinikmati oleh setiap orang yang memandangnya, dan mereka pun merasa senang jika diperlakukan dan dipuji dengan pakaian yang terbuka. Dengan demikian manusia tidak ada bedanya dengan hewan, bahkan lebih mulia dari hewan, karena hewan masih memiliki kulit/tubuh yang tebal untuk menutupi kemaluannya. Bahkan di Barat banyak anjing yang sudah berpakaian di jalanan dan dipanggung pada saat kontes kecantikan anjing di Inggris, Perancis, Jerman dan Amerika. Fashion telah menjalar pada model rambut dan tubuh dengan segala macam bentuk tato baik laki-laki maupun perempuan.
Dalam sebuah hadist dari Ali bin Abu Thalib radhiallahu 'anhu berkata “Nabi pernah melewati suatu kaum yang di dalamnya ada seorang   laki-laki   yang berhias dengan   make-up, memperhatikan mereka dan mengucapkan salam kepada mereka serta berpaling dari laki-laki tersebut. Kemudian laki-laki itu berkata, 'Mengapa engkau berpaling dari Saya?' Nabi bersada, 'Di antara kedua matamu ada bara api'."[1](dalam shahih adabul mufrad)
Abdullah bin Amru bin Al 'Ash bin Wail As-Sahmi "Bahwasanya seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan ditangannya terdapat cincin emas, lalu Nabi berpaling darinya. Tatkala laki-laki itu melihat ketidaksukaan Nabi, maka ia pergi dan melemparkan cincinnya (emasnya tersebut) dan mengambil cincin besi kemudian memakainya. Kemudian Saya datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka Nabi bersabda, 'Ini buruk. Ini adalah perhiasan penduduk neraka.' Kemudian dia kembali dan membuangnya, lalu memakai cincin dari perak lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam diam. (HR. An-Nasa’i)

Dengan segala macam kebebasan yang didengungkan Barat tersebut, pemuda tidak lagi mengenal batasan-batasan hubungan antara laki-laki dan perempuan, sehingga terjadi FREE SEX dikalangan pemuda dengan bebas sebagai strategi penghancuran terakhir. Dengan semakin maraknya media menampilkan film-film seronok menjadikan pemuda lebih brutal dan tidak mengenal mana yang haq dan mana yang bathil. Telah banyak janin atau bayi yang menjadi korban dari pemuda-pemudi yang tidak bertanggung jawab terhadap dirinya dan tidak mempedulikan akibat dari perbuatannya.
Dengan segala macam strategi yang mereka lancarkan bagi umat, khususnya Islam telah membuat mereka semakin tidak mengenal adab dan aturan. Dan perbuatan itu merupakan pekerjaan utama mereka, sehingga tidak ada satu manusia pun yang lepas dari cengkraman mereka, kecuali orang-orang beriman. Allah berfirman:

”Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al Baqarah: 120)

C.  Strategi Menghadapi Jeratan Hedonisme
Pemuda – Sejatinya adalah orang muda sebagai generasi penerus dari golongan yang tua, dan sebagai harapan bangsa. Pemuda adalah para remaja, pelajar, mahasiswa, dan lain sebagainya, yang tentunya memiliki jiwa yang muda. Namun, seperti apakah pemuda islam itu?
Pemuda Islam terutama tak jauh berbeda dengan pemuda pada umumnya, memiliki gelora semangat dan kekuatan fisik yang cukup besar, khususnya dalam mempelopori pergerakan dan perubahan. Namun, pemuda Islam merupakan pemuda yang mampu membela kebenaran dengan gigih di jalan Allah. Pemuda Islam mampu menjalani masa mudanya dengan mengisi hal-hal yang bermanfaat.
Nabi Muhammad saw bersabda,
”Manfaatkan yang lima sebelum datang yang lima: masa mudamu sebelum datang masa tuamu; masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu; masa kayamu sebelum datang masa miskinmu; masa hidupmu sebelum datang masa matimu; masa luangmu sebelum datang masa sibukmu.” (H.R. Al Baihaqi).
Dalam hadis lain Riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda,
Ada tujuh golongan yang bakal dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan ibadah kepada Allah (selalu beribadah), seseorang yang hatinya bergantung kepada masjid (selalu melakukan solat jemaah di dalamnya), dua orang yang saling mengasihi di jalan Allah, keduanya berkumpul dan berpisah kerana Allah, seorang yang diajak perempuan berkedudukan dan cantik (untuk berzina), tapi ia mengatakan: Aku takut kepada Allah, seseorang yang memberikan sedekah kemudian merahsiakannya sampai tangan kanannya tidak tahu apa yang dikeluarkan tangan kirinya dan seseorang yang berzikir (mengingati) Allah dalam bersendirian, lalu menitiskan air mata dari kedua matanya.”
Pemuda merupakan satu aset dalam sebuah masyarakat dan negara. Kita dapat lihat sesungguhnya, yang menggerakkan sesebuah negara merupakan pemuda, dan yang menjatuhkan negara juga merupakan mereka di kalangan pemuda. Kita tahu dari sejarah kisah pembukaan Constantinople oleh Sultan Mehmet Al-Fateh yang mana 2 tahun setelah menaiki takhta, baginda mula merancang untuk membebaskan kota itu. Ketika menaiki takhta, baginda baru saja berumur 19 tahun, umur yang masih mentah untuk seorang pemuda. Itu contoh bagaimana seorang pemuda boleh menggerakkan seangkatan tentera dan membuka kota Islam yang baru. Namun, jika kita perhatikan situasi masa sekarang pemudalah golongan yang dapat menjatuhkan sebuah kebathilan. Jadi apa perbedaan pemuda dahulu dan pemuda sekarang yang boleh menentukan bangun dan jatuhnya sebuah masyarakat?.
Dan yang harus diingat oleh pemuda adalah bahwa penciptaan manusia didasarkan atas ibadah, sehingga dengan komitmen ibadah itulah tercipta manusia sebagaimana Allah berfirman:

”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Ad Dzariyaat: 56)
Bahwa setiap perbuatan haruslah memiliki nilai ibadah sebagai wujud dari tujuan penciptaan manusia, sehingga kehadiran kita dimuka bumi tidaklah sia-sia.
Ada beberapa strategi atau cara menghidari agar pemuda tidak terjerumus dalam hedonisme masa kini, agar pemuda dapat di andalakan dan menjadi generasi rabbani yang diharapkan oleh orang terdahulu dan harapan umat mendatang, yaitu:
1.    Pemuda harus lebih dekat dengan masjid, karena jika hati terikat dengan masjid maka setan tidak akan mudah untuk menggoda manusia. Pemuda yang terikat dengan masjid akan selalu menjaga pandangannya dari hal-hal maksiat (QS. An Nur: 30-31) dan menjaga perbuatannya untuk selalu dekat dengan Allah dan selalu merasa bahwa setiap gerak-gerikya selalu diawasi oleh Allah (QS. Al Mukmin: 19). Sehingga terpupuklah keimanan dan ketaqwaan pada Allah SWT.
”Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At Taubah: 18)

2.    Tekun mencari Ilmu, pemuda sebagai generasi masa depan harus menyibukkan dirinya alam mencari ilmu, karena warisan budaya Islam terbesar adalah ilmu. Pemuda harus memiliki keilmuwan yang mampu mengakomodir kondisi masa depan, sehingga tidak gagap teknologi atau menjadi manusia ”kuper” terhadap informasi global, namun tetap menjadiakan agama sebagai kotrol dari ilmu pengetahuan. Jika ilmu tersebut bertentangan bahkan melecehkan agama, pantaslah untuk dikritik atau ditolak. Dengan ilmu itulah pemuda Islam akan diperhitungkan dan ditakuti oleh musuh-musuh Islam.

”Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian Dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu Dia diikuti oleh syaitan (sampai Dia tergoda), Maka jadilah Dia Termasuk orang-orang yang sesat.” (QS.Al A’raaf: 175)

”Dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS. Al A’raaf: 176).

3.    Mengolah kemampuan (skill) dalam bidang tertentu dan tidak meremehkan bidang atu keahlian yang lainnya.
4.    Memiliki semangat (Motivasi/ghiroh) dalam menjauhi dan memerangi kemungkaran serta aktif dalam aktivitas organisasi terutama kegiatan-kegiatan keagamaan.

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al Imran: 104)
Jika seorang pemuda memiliki dan melaksanakan hal-hal tersebut diatas, maka pemuda dan bangsa ii akan terangkat di sisi Allah. Sedangkan di pandangan dunia akan menjadi negara yang ditakuti karena pemuda-pemuda yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan yang sangat penting adalah tidak ada yang bisa dibanggakan dari Barat selain kehancuran diri, karena Barat tidak memiliki kekuatan ilmu agama sebagai tiang kehidupan. Sebagaimana Allah melarang yang termaktum dalam QS. Al Maidah: 51.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

SELAMAT BERJUANG,
BIDADARI dan PEMUDA TAMPAN MENUNGGU DI SYURGA
SIAP MENYAMBUT PARA PEMUDA-PEMUDI YANG SELALU INGAT
DAN MENYEBUT NAMA ALLAH.

 Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, Maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.”
(QS. Al A’raaf: 201)


[1] Demikian itu disebabkan karena menyerupai wanita. Dalam hal ini terdapat hadits yang membolehkan dan yang melarang, tetapi hadits yang melarang lebih banyak dan lebih kuat. Pelarangannya disebabkan karena make-up tersebut untuk para wanita. Mereka lebih banyak mempergunakannya, secara textual bahwa hadits-hadits yang melarang itu menasakh (mengganti hukum) hadits-hadits yang membolehkan.

Selasa, 19 November 2013

FIQIH IKHTILAT

FIQIH IKHTILAT
Akhmad Hasan Saleh


A.    Keterikatan Syara’
Manusia hidup sebagai makhluk ciptaan tidak dapat hidup dengan sendiri dan maunya sendiri. Pertama kali manusia hidup (bayi) sudah dihadapkan dengan aturan-aturan, karena dalam kelemahannya tidak mampu berbuat apapun, sehingga perlu suatu bimbingan dalam menjalankan aktivitasnya baik hablum minallah dan hablum minannas.  Sebagai hasil ciptaan, tentunya tetap tergantung pada penciptanya dan pencipta tentunya menginginkan hasil ciptaannya menjadi yang terbaik. Tidak ada pencipta yang berharap ciptaannya menjadi rusak atau tidak beraturan.
Allah sebagai Khaliq menurunkan petunjuk kepada manusia yang terangkum dalam dinul Islam dengan panduan Al Qur’an dan Hadits. Islam sebagai din yang universal memberikan bahasan yang sangat kompleks dari seluruh aspek kehidupan dan memberikan penyelesaian yang terbaik untuk setiap permasalahan. Agama Islam tidak hanya sebagai agama yang normative tetapi pula sebagai agama yang ideologis, karena mampu membentuk prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan dalam kehidupan. Allah berfirman dalam surat An Nisa’:89,
..….dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk ……..

Keuniversalan Islam tidak hanya mencangkup ajarannya, namun juga mencangkup bangsa-bangsa dan umatnya secara keseluruhan. Sehingga ajaran Islam tidak hanya untuk mengatur pribadi, namun juga mengatur hubungan antar sesama walaupun ada perbedaan, dan setiap masa selalu ada pemimpin yang berkuasa untuk mengatur, memberi tauladan. Asy Syahid Hasan Al Banna berkata, ”Sesungguhnya risalah Islam meliputi seluruh zaman, umat/bangsa dan aspek-aspek kehidupan yang bernuansa religius atau ideologis”.[1] Agama Islam yang universal dapat menjadi rahmat bagi seluruh alam:
Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.(QS.Al Anbiyaa’:107)

Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk".(QS. Al A’raaf:158)

Agama Islam mengajarkan pada manusia untuk memiliki sikap syukur sebagai bentuk tanda terima kasih manusia pada penciptanya. Tanda terima kasih itu diwujudkan dalam bentuk memahami dan menjalankan aturan yang Allah tetapkan bagi manusia. Ketika manusia menjalankan aturan atau melanggarnya pastilah Allah akan memberikan balasan pada manusia, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al Zalzalah:7,

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.

Oleh karena itu, ketika kita mengikrarkan diri untuk masuk dalam Islam maka sebuah konsekuensinya adalah kita akan terikat (iltizam) dengan segala sesuatu yang ditetapkan oleh syara’ dan janganlah kita berperilaku seperti orang-orang kafir yang hanya mengambil sebagian yang cocok (disukai) dan membuang sebagian yang tidak relevan (tidak cocok) dengan kebutuhan mereka. Allah berfirman dalam surat Al Baqarah:85,
  
Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, Padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah Balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat


B.     Hubungan Laki-laki dan Wanita
Agama Islam yang universal mengatur hubungan antara laki-laki dan wanita dalam campurbaur/interaksinya (ikhtilath). Problem-problem hubungan laki-laki dan wanita telah diselesaikan dengan baik dan benar oleh Islam dengan pola simbiosis mutualisme. Islam memandang laki-laki dan wanita sebagai manusia yang terkena beban syara’, karena dalam hal ini Allah menciptakan naluri-naluri (Gharizah) dan kebutuhan jasmani (Hajatu Udhwiyyah) pada manusia. Khitob (seruan) syara’ tidak hanya ditujukan pada wanita dan tidak pula pada laki-laki saja, namun ditujukan kepada keduanya ditinjau dari sisi bahwa keduanya adalah manusia[2]. Dan manusia dihadapan Allah memiliki kesamaan sebagai hamba dan ibadah[3] seperti sholat, puasa[4], haji[5] yang menjadi pembeda adalah ketaqwaan[6] dan kodratnya sebagai penciptaan (jenis kelami/laki-laki dan wanita).

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka…….. (QS. An Nisaa’:34)

Islam memandang hubungan (shilah) antara laki-laki dan wanita dengan prinsip tolong menolong (shilah ta’awun) karena dengan prinsip itu akan melahirkan kebaikan dalam masyarakat, namun tetap dengan aturan-aturan syara’ yang telah ditetapkan bagi keduanya, sebagaimana seruan Allah untuk saling mengingatkan dan tolong menolong dalam kebajikan bukan keburukan (kebathilan)[7].
Berbeda dengan Barat yang mendasari hubungan antara laki-laki dan wanita dengan prinsip seksual (shilah jinsiyah). Sehingga wanita bagi barat adalah bahan untuk ekspoitasi, misalkan dalam iklim produksi, wanita selalu digunakan sebagai daya tarik (aksesoris), barter politik dengan berbagai skandal perselingkuhan dan sebagainya.
Dari sinilah muncul gerakan feminisme yaitu gerakan yang didasarkan pada asumsi bahwa wanita itu ditindas dan dieksploitasi[8]. Jadi konsep feminisme lahir dari prinsip hubungan laki-laki dan wanita yang dianut oleh Barat. Oleh karena itu, Islam tidak mengenal konsep feminisme, karena tidak ada prinsip eksploitasi atau penindasan wanita dalam Islam dan wanita merupakan partner bagi laki-laki, sebagaimana Rasulullah bersabda
“Sesungguhnya wanita adalah partner laki-laki”(HR. Abu Dawud dan Nasa’iy)

1.      Bolehnya Memandang Laki-Laki Maupun Wanita
Dalam kehidupan umum Islam memperbolehkan hubungan laki-laki dan wanita dnegan dilandasi prinsip ta’awun dan zaujiwah. Hal ini karena secara alami laki-laki membutuhkan wanita. Demikian pula sebaliknya, seperti dalam aktifitas kehidupan manusia, seperti : muamalaht, munakahat, dakwah dan lain-lain. Hanya saja islam memberikan batasan atau aturan hubungan antara lai-laki dan wanita agar kehidupan manusia bisa berbahagia untuk mencapai ridho Allah[9]. Aturan tersebut diatur dalam surat An Nur: 30- 31
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.”
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”.

Dalam Islam, ada saat-saat tertentu laki-laki boleh memandang (melihat) wanita misalkan: jual beli, dakwah, belajar, khotbah. Namun tetap pada aturan-aturan menurut syara’ yaitu terbatas pada wajah dan telapak tangan (termasuk punggung tangan) dengan tidak dilandasi sahwat (nafsu) dan ladzdzah (kelezatan) ketika melihat[10]. Adapun aturan syara’ tentang diperbolehkannya:
1.      Memandang wanita pada wajah dan tangan ketika mengkhitbah (melamar)
Jabir bin Abdillah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
Jika seorang kalian akan melamar seorang wanita, jika mampu melihat sesuai yang dibutuhkan untuk nikah, maka lakukanlah!.[11]
“Barangsiapa yang beriman pada Allah dan hari akhir, maka tidak berkhalwat dengan seorang wanita yang tidak disertai muhrimnya, bahwa yang ketiganya adalah setan”.

2.      Dokter/Perawat memandang pasien
Seorang dokter dapat melihat pasien dalam rangka mendiagnosa penyakitnya, hal ini berdasarkan peristiwa Hathib bin Abu Balta’ah yang mengirim mata-mata seorang wanita ke Mekkah untuk mengabarkan pada keluarganya agar bersiap-siap untuk menghadapi peperangan yang akan dilakukan oleh Rasulullah. Namun hal itu diketahui oleh Rasulullah dan Beliau mengutus Ali ra, Zubair dan Al Miqdad bin Al Aswad untuk mengambil surat dari mata-mata wanita tersebut.[12]

3.      Jual beli, Dakwah, Proses Belajar Mengajar
Diriwayatkan oleh Aisyah bahwa Asma binti Abu Bakar masuk kerumah Rasulullah dengan pakaian yang tipis, maka Rasulullah berpaling seraya berkata:
“Wahai Asma, sesungguhnya seorang wanita yang sudah baligh, maka tidak pantas dilihat tubuhnya kecuali ini dan ini dengan menunjukkan wajah dan telapak tangan (sampai pergelangan).”(HR. Abu Dawud)
Untuk proses belajar mengajar, didasarkan pada riwayat Imam Bukhori dari Abi Sadi Al Khudry bahwa para wanita pernah memohon pada Rasulullah untuk relajar secara khusus, dan Rsulullah mengabulkannya.
“Kami telah dikalahkan (kesempatan belajar) oleh kaum lai-laki. Untuk itu berilak kami keempatan belajar disuatu hari (secara khusus)[13]

2.      Hukum Pacaran
Pacaran dalam Islam memang tidak dikenal, karena pacaran tidak terlepas dari empat perbuatan sebagai prosesnya, yaitu:
a.       Pandangan dengan sahwat dan Ladzdzah
b.      Senyum menggoda
c.       Pegangan, Rabaan, Ciuman
d.      Berduaan (Khalwat)
Perbuatan tersebut dikategorikan perbuatan yang mendekati zina, sebagaimana dalam QS. Al Israa’:32
”Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.”
Abuhurairah ra. berkata Nabi saw: ”Allah telah menetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina, pasti terjadi tidak dapat tidak. Zina mata ialah melihat, zina lidah berkata-kata, dan nafsu ingin sedang kemaluan yang membenarkan pelaksanaannya atau mendustakannya.” (HR. Bukhari-Muslim)[14]
Kalau mendekati zina saja berdosa apalagi berzina, sehingga hukum dari keduanya adalah sama-sama berdosa karena keharamannya.
Namun dalam masa modern saat ini, segalanya sudah bisa disiasati dengan lihai termasuk masalah pacaran untuk kembali mencari ligitmasi agar tidak dianggap dosa, yaitu pacaran dengan model sms, hal ini dalam rangka menghindari dari salah satu empat hal tersebut. Dalam hal ini Allah mengingatkan dalam QS. Al Ahzab: 32

”Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah Perkataan yang baik”
Rasulullah bersabda,
”Jika kamu tidak punya rasa malu maka lakukan apa saja yang kau mau”.[15]
Dari ayat tersebut yang dimaksud dengan dalam hati mereka ada penyakit Ialah: orang yang mempunyai niat berbuat serong dengan wanita, seperti melakukan zina. Tentulah hal ini menunjukkan sms dengan perkataan yang menimbulkan syahwat dan ladzdzah adalah haram.

C.    Wanita Diperintahkan Menutup Aurat[16]
Aurat wanita dalam Islam dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki kecuali yang terbiasa terlihat menurut Nabi saw yaitu wajah dan telapak tangan. Oleh karena itu, wanita diwajibkan untuk menutup aurat (berjilbab/berkerudung) dengan tidak menampakkan auratnya. Karena kebanyakan dari wanita saat ini seakan-akan menutup tubuhnya namun sebenarnya telanjang, naudzubillahi min dzalik.
Makna Jilbab menurut tata bahasa (lughawi) dan beberapa istilah para ahli tafsir adalah:
1.      Jilbab adalah pakaian yang luas[17]
2.      Jilbab adalah pakaian dan kerudung[18]
3.      Jilbab adalah Qomis yaitu pakaian tipis yang dipakai dibawah mantel atau pakaian yang meliputi seluruh tubuh wanita atau pakaian yang dipakai diatas pakaian pertama seperti mantel (milhafah)[19]
4.      Menurut Abu Hayyan, jilbab adalah pakaian yang menutup seluruh tubuh wanita[20]
5.      Jilbab adalah pakaian menutupi seluruh tubuh [21]
6.      Jilbab adalah mantel atau pakaian yang dipakai di atas di atas pakaian lain yang diulur sampai kaki [22]
Makna Al-Khimaar (Pakaian Atas) berdasarkan An-Nur: 31 adalah “mengulurkan penutup dari kepala sampai leher dan dada”. Hal ini berrati bahwa makna jilbab secara normative adalah sama dengan meutup aurat wanita (kecuali wajah dan ntapak tangan).
            Terkait dnegan bentuk jilbab, ulama madih berselisih naum masih dapat diratik benang merah yaitu bahwa wanita dan bentuk jilbabnya marus memnuhi persyaratan sebagai berikut:
1.      Jilbab harus diulurkan samapi seluruh kaki. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan kaos kaki, ini berarti bahwa berpakaian itu menutup mata kaki.
2.      Jilbab harus tidak tembus pandang (tipis) dan tidak membentuk tubuh wanita (ketat)
3.      Tidak boleh berparfum yang berlebihan dengan niat supaya baunya bisa manarik laki-laki.
4.      Jilbab tidak boleh menimbulkan sahwat laki-laki.

D.    Wanita dalam Shafar
Sebagian ulama memperbolehkan wanita bermusafir dengan tidak siertai muhrimnya asal dia bersama-sama dengan wanita yang tsiqoh (dapat dipercaya) dan perjalanannya relatif aman. Seperti yang dicontohkan oleh Umar yang menginjinkan istri-istri Nabi berhaji deangan ditemani oleh Isman bin Affan serta Abdurrahman bi  Auf, sedangkan istri-istri Nabi berada dalam tandu.
Menurut Ibnu Taimiyah boleh dua wanita atau lebih untuk melakukan perjalanan. Jika perjalanan melebihi batas satu hari satu malam, maka perjalanan seorang diri dari wanita adalah haram. Sebagaimana hadits Rasulullah,
”Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir bermusafir selama sehari semalam kecuali bersama mahromnya”.
Bagi seorang wanita yang sudah menikah harus mendapatkan ijin dari suaminya. Diriwayatkan dari Atho’ dari Ibnu Abbas ketika seorang wanita bertanya tentang hak laki-laki pada istrinya, maka Rasulullah berkata,
”Wanita itu jangan keluar dari rumah kecuali dengan ijin (suaminya). Jika dia melanggar, maka malaikat rahmat dan malaikat pemarah akan melakukannya sampai dia bertaubat dan pulang ke rumahnya”[23]


[1] Yusuf Al Qordlowi,……………………hal.105.
[2] …..lihat Kumpulan Materi Pembinaan Kader Dakwah,editor Khairul Umami,Ujar Sudewo, Cendana 7 Press, 2000, hal.94.
[3]  Lihat QS. Ar Rum:30, An Nisaa’:1, Muhammad :19, Al Ahzab:36, dari ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia memiliki kesamaan untuk iman dan taat pada Allah dan RasulNya sebagai wujud fitrah manusia. Manusia yang diciptakan sesuai kondratnya (laki-laki dan perempuan) tidak pantas untuk memilih atau keluar dari kodratnya.
[4]  Lihat QS.Al Baqarah: 184.
[5]  Lihat QS. Ali Imran: 97.
[6]  Lihat QS Al Hujurat:13, An Nahl 97, ayat ini yang seringkali digunakan oleh paham feminisme untuk mensejajarkan laki-laki dan wanita dalam segala (gender). Mereka mencari ligitimasi Islam terhadap teori-teori Barat yang mereka anut. Lihat Mansour Fakih, dkk, Membincang Feminisme: Diskursus Gender Perspektif Islam, Risalah Gusti, Surabaya, 2000.
[7]  Lihat QS. Al Maidah: 2
[8]  Lihat Mansur Faqih, makalah diskusi “Perkembangan Feminisme danRelevansinya di Indonesia……
[9]  Lihat editor Khairul Umami,Ujar Sudewo, Opcid. Hal. 96
[10] Memandang dengan syarat tidak disertai sahwat dan ladzdzah ini didasarkan pada riwayat Ali ra. Bahwasanya Rasulullah berkata padanya:”Wahai Ali, janganlah kamu ikuti pandangan pertama dengan pandangan yang berikutnya, karena yang pertama untukmu dan yang lain bukan untukmu”.Lihat Opcid.99.
[11] Lihat Fiqh As Sunnah, jilid II, hal 24.
[12] Lihat Opcid, hal.98.
[13] Lihat HR. Bukhari, hal.101.
[14] Lihat H. Salim Bahreisy, Terjemahan Al Lu’lu’ Wal Marjan: Himpunan Hadits shahih yang disepakati oleh Bukhari – Muslim,…..1980, hal.1010.
[15] Lihat Shahihul Jami’, hal.2230
[16] Lihat QS.An Nur: 31, Al Ahzab: 59
[17] Lihat Kamus Al Munjid, dalam editor Khairul Umami,Ujar Sudewo, Opcid. Hal. 100
[18] Lihat Raghib Ishfahany, Kitab Al Mufradat….Opcid.
[19] Lihat Ibrahim Anis,dkk, Mu’jamal Wasith….Opcid.
[20] Lihat Abu Hayyan, Al Bahrul Muhith, Juz VII hal 150
[21] Dr. Muhammad Mahmud Al-Hijary, TAfsir Al-Wadlih, juz 3, hal. 26
[22] Taqyyudin An-Nabany, Nizhomul Ijtima’iy, hal. 66
[23] Ibnu al Jauzi, Ahkamal Nisa’, hal 138

Sabtu, 16 November 2013

FILSAFAT DASAR BERFIKIR BARAT


FILSAFAT DASAR BERFIKIR BARAT
Oleh. Akhmad Hasan Saleh

         Berfikir adalah ciri khas manusia yang membedakan dengan makhluk ciptaan lainnya. Sebagai ciri utama dari manusia yang berfikir (kognisi), manusia juga masih mempunyai potensi lain yaitu perasaan (afeksi), kehendak (konasi), dan tindakan (aksi), atau sering disebut dengan cipta, rasa, karsa dan karya[1] . Dengan potensi yang dimiliki oleh manusia, dirinya dapat mengorganisir, mengelola, mencipta dan mengubah lingkungannya kearah yang lebih baik. Karenanya dengan segala potensi yang ada pada manusia, Tuhan memilih manusia sebagai wakil-Nya dimuka bumi (khalifatullah fil ardh).
         Menurut Francis Bacon (1210-1292 M), seorang filsuf renaissance, akal manusia mempunyai tiga macam daya, yaitu: (1) ingatan, (2) imajinasi, dan (3) pikiran. Daya ingatan menciptakan sejarah, daya imajinasi menciptakan puisi, dan daya berfikir menghasilkan filsafat. Filsafat terdiri atas tiga bagian, yaitu (1) filsafat tentang Tuhan atau teologi, (2) filsafat tentang alam atau kosmologi, dan (3) filsafat tentang manusia atau antropologi[2].
         Filsafat merupakan bagian dari proses berpikir manusia, dimana ketika kita berfilsafat berarti kita berfikir. Dalam hidupnya, manusia pasti akan selalu menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) yang ditemuinya[3].  Proses mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang disebut pengetahuan.  Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis,  sistematis dan  koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggungjawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan.
         Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang (1) disusun metodis, sistematis dan koheren (“bertalian”) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan (realitas), dan yang (2) dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) tersebut [4].
         Sesuatu dikatakan ilmu pengetahuan karena mencangkup beberapa unsur yaitu (1) mengajarkan dengan sadar kebenaran, dengan sadar diusahakan untuk mengetahui sebenar-benarnya tentang suatu yang diketahui (objeknya). Dalam pencapaian kebenaran untuk mengetahui objek tersebut tentunya tidak terlepas dari kekeliruan, maka dengan kesadaran itulah kekeliruan dapat dilenyapkan dengan segala upayanya untuk mencapai kebenaran. (2) pengetahuan tentunya tidak hadir dengan segala kebetulan, tentunya ada jalan untuk mencapai sesuatu tujuan. Ia bekerja menurut hodos (jalan) atau hudan (petunjuk) tertentu, maka pengetahuan membutuhkan yang namanya metodos (metode). (3) manusia selalu waspada supaya pengetahuannya itu sesuai dengan objeknya dan hasil-hasilnya dikumpulkan dengan susunan tertentu, sehingga tersusun dengan teratur. Kerja berfikir seperti ini disebut dengan system. (4) putusan-putusan yang diambil dalam menilai sebuah objek diharapkan kebenarannya tidak hanya sekedar pada kegunaannya, tempat dan waktu, tetapi dapat berlaku untuk umum, sehingga pengetahuan dapat bermanfaat secara universal.[5]
         Maka ilmu pengetahuan merupakan suatu proses untuk menemukan kebenaran pada suatu objek (realita) yang dilakukan secara sadar dengan menggunakan metode yang disusun secara sistematis yang hasilnya dapat berlaku secara universal. Makin ilmu pengetahuan menggali dan menekuni hal-hal yang khusus dari kenyataan (realitas), makin nyatalah tuntutan untuk mencari tahu tentang seluruh kenyataan (realitas).
         Filsafat adalah pengetahuan tentang suatu kesadaran untuk mencapai kebenaran metodis, sistematis, koheren tentang seluruh kenyataan (realitas) yang dapat berguna secara universal. Filsafat merupakan refleksi rasional (fikir) atas keseluruhan realitas untuk mencapai hakikat (dalam arti kebenaran) dan memperoleh hikmat (dalam arti kebijaksanaan)[6]. 
         Ketika seseorang memperoleh pengetahuan tentang wujud atau memetik pelajaran darinya, jika dia memahami sendiri gagasan-gagasan tentang wujud itu dengan inteleknya, dan pembenarannya atas gagasan tersebut dilakukan dengan bantuan demonstrasi tertentu, maka ilmu yang tersusun dari pengetahuan-pengetahuan ini disebut filsafat. Tetapi jika gagasan-gagasan itu diketahui dengan membayangkannya lewat kemiripan-kemiripan yang merupakan tiruan dari mereka, dan pembenaran terhadap apa yang dibayangkan atas mereka disebabkan oleh metode-metode persuasif, maka orang-orang terdahulu menyebut sesuatu yang membentuk pengetahan-pengetahuan ini agama. Jika pengetahuan-pengetahuan itu sendiri diadopsi, dan metode-metode persuasif digunakan, maka agama yang memuat mereka disebut filsafat populer, yang diterima secara umum, dan bersifat eksternal.  Demikian penjelasan al-Farabi dalam kitab Tahshîl al-Sa’afidah tentang sifat agama dan filsafat serta hubungan antara keduanya.[7]
         Unsur "rasional" (penggunaan akal budi) dalam kegiatan ini merupakan syarat mutlak, dalam upaya untuk mempelajari dan mengungkapkan "secara mendasar" pengembaraan manusia di dunianya menuju akhirat[8]. 
         Manusia untuk mencapai tingkat kebenaran tidak dapat dilakukan sendiri–memerlukan sesuatu yang mampu menuntun untuk mendapatkan kebenaran. Ilmu pengetahuan sebagai objek yang menentukan sebuah kebenaran, saat ini tidak mampu lagi memberikan pencerahan dalam memberikan penilaian adil terhadap sebuah realita kehidupan. Karena dalam ilmu pengetahuan ada campur tangan ide-ide atau logika pelaku yang seringkali tidak rasional yang disebabkan oleh realita kehidupan yang mereka alami, sehingga ilmu pengetahuan sebagai penentu kebenaran hanya memihak pada sebagian mereka yang melakukannya atau ada sebuah pembenaran terhadap perilaku atau cara berfikir mereka–tidak lagi berlaku secara universal, baik kegunaannya maupun value yang ada didalamnya.
         Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa "filsafat" adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis. Hal ini didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektik. Dialektik ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk dialog. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
         Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, dan couriousity ”ketertarikan”. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sedikit sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.
         Karena filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang membentuk worldview seseorang dalam berfikir, maka perlu adanya suatu pemurnian paradigma manusia sebagai hamba dan manusia sebagai makhluk berfikir untuk mencapai kebenaran yang menghasilkan ketenangan hidup. Karena setiap apapun yang dilakukan oleh manusia, baik berfikir maupun sikap akan dimintai pertanggungjawaban kelak[9].



[1] Lihat Ali Maksum, Pengantar Filsafat : Dari Masa Klasik Hungga Postmodern, Jogjakarta, Ar Ruzz Media, 2008, hal 5.
[2] Lihat Ibid, hal 14.
[3] Kalau dalam akalnya manusia berfikir, maka dengan anugerah Allah yang lain: hati manusia merasa dan menghayati. Dengan akalnya manusia berfikir dan dengan hatinya manusia berdzikir untuk mencapai keyakinan sebuah kebenaran. Dalam Al Qur’an disebut Ulul Albab yang disebutkan dalam surat Ali Imran [3]: 190-194, yang dapat melihat dan mengambil pelajaran, dari ayat-ayat kauniahNya, adalah manusia yang senantiasa menfungsikan akan dan hatinya, berfikir dan berdzikir. Lihat Ali Maksum, Pengantar Filsafat....... ibid.
[4] Lihat Ziauddin Sardar, Explorations in Islamic Science, London and New York: Mansell Publishing limited, 1989.
[5] Lihat Prof. Ir. Poedjawijatna, Pembimbing Kearah Alam Filsafat, Jakarta, PT. Pembangunan, 1980, hal. 4-5.
[6] Hassan Hanafi, Dirasat Islamiyah, Mesir, Maktabat al-Anjilu al-Misriyah, tth., hal 393-415
[7] Lihat Muhsin Hariyanto, AGAMA, FILSAFAT DAN ILMU, e: Learning Community, Jumat, 27 Juli 2007.
[8] Disebut "secara mendasar" karena upaya itu dimaksudkan menuju kepada rumusan dari sebab-musabab pertama, atau sebab-musabab terakhir, atau bahkan sebab-musabab terdalam dari obyek yang dipelajari  ("obyek material"), yaitu "manusia di dunia dalam mengembara menuju akhirat". Itulah scientia rerum per causas ultimas -- pengetahuan mengenai hal ikhwal berdasarkan sebab-musabab yang paling dalam.

[9] Lihat Al Qur’an; Al Zalzalah [99]: 7-8, “ Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. lihat Al Qur’an terjemahan DEPAG RI, 1989.