Minggu, 10 November 2013

MAHALNYA KASIH SAYANG ALLAH

MAHALNYA KASIH SAYANG ALLAH
Oleh. Akhmad Hasan Saleh



Setiap manusia pada dasarnya memiliki sifat ingin disayang dan dicintai. Cara manusia memberikan kasih sayang bermacam-macam dan tentunya dengan cara yang enak dan menyenangkan hati orang yang membutuhkan kasih sayang (cinta) – itulah manusia.
Namun, berbeda dengan sang Kholiq (Pencipta) yang memiliki cara tersendiri untuk memberikan kasih sayang (mencintai) seorang hamba yaitu dengan memberikan ujian dan cobaan pada makhluk yang paling disayangnya. Ujian adalah titik awal manusia untuk menentukan tingkat keimanannya, apakah naik atau turun. Ketika “gerutu” yang keluar dari lisan manusia dan ketidakikhlasan menerima ujian, maka pada saat itu keimanan seseorang turun. Namun, ketika dzikir dan sadar akan ujian sepenuhnya dari Allah dan semuanya kembali pada Allah, maka dalam kondisi tersebut keimanan seseorang naik/meningkat. Ujian yang akan diterima manusia dalam kehidupan ini pasti adanya. Baik itu berupa ketakutan, kekhawatiran, kelaparan kemiskinan, kematian, dan sebagainya. Ujian yang akan diterima oleh manusia melalui beberapa jalan yaitu ada yang di uji dengan jabatan, popularitas, anak, suami, saudara, fisik dan sebagainya.
Jabatan dan pangkat pada dasarnya adalah ujian yang Allah berikan bukan sebuah kesuksesan yang harus dirayakan secara berlebihan. Karena, bisa jadi dengan ujian tersebut manusia kemudian menghancurkan dirinya sendiri. Ketika tidak mau bersyukur (lupa), maka manusia akan jatuh kelubang kekufuran. Kesuksesan dan kenikmatan yang di peroleh manusia pantas untuk disyukuri sebagai bukti bahwa manusia masih dikendalikan oleh Allah. Allah memaklumkan manusia atas ketidaksyukurannya kepada-Nya, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.  Syukur tidak hanya sekedar lisan dengan ucapan Alhamdulillah, namun harus ditunjukkan dengan keyakinan dan sikap/perbuatan, itulah sejatinya syukur itu. Setiap yang Allah berikan akan menjadi nikmat bagi manusia, walaupun orang lain menganggapnya tidak enak sekalipun, tapi bagi mereka yang ahli hikmah bahwa ketidakenakan tersebut juga merupakan nikmat dari Allah. Sehingga mereka setiap saat penuh dengan syukur. Karena dibalik syukur tersebut ada sebuah huudan (petunjuk) dari Allah yaitu firmaNya, yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus”. (QS An Nahl;121).
Ujian yang Allah berikan pada manusia – sadar atau tidak sadar sebenarnya Allah menunjukkan kasih sayangNya (cintaNya) pada manusia. Namun dengan ujian dan cobaan yang diberikanNya – manusia menganggap itu adalah suatu bentuk ketidaksayangan Allah pada dirinya.
”.............boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. Al Baqarah; 216)

Allah memberikan suatu apapun pada manusia selalu memberikan manfaat dan tidak pernah sia-sia, jika difikirkan atau disyukuri oleh manusia. Ketika manusia mampu berfikir akan ketetapan yang Allah berikan, sesungguhnya manusia sampai pada tingkatan ulul albab. Yang dimaksud ulul albab yaitu:
 
”(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran; 191)

Setiap ujian itu sebenarnya adalah bentuk kasih sayang Allah pada manusia. Begitu mahalnya kasih sayang itu, sehingga perlu sebuah pengorbanan untuk mendapatkan perhatian Allah. Sebagaimana dalam QS. Al An’am; 165
 
”Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS. Al Anbiyaa’; 35)
Setiap cinta atau kasih sayang perlu sebuah ujian untuk mengetahui sejauhmana perasaan cinta yang diberikannya, apakah hanya sekedar lisan atau sudah meresap dalam hati. Rasulullah dalam sabdanya ”Sesungguhnya jika Allah SWT (akan mencintai sekelompok kaum, maka diujilah mereka. Maka barang siapa rela (menerimanya) maka baginya adalah kerelaan (Allah SWT), dan barang siapa murka maka baginya adalah kemurkaan dari Allah SWT.”(HR. Tirmidzi).

Untuk menghadapi setiap ujian, cobaan yang Allah tetapkan bagi manusia telah diberikan sebuah solusi untuk menjawabnya yaitu dengan perkataan yang baik, sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah; 155-156:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun (Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali).”

Kalimat innalillahi……… ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil. Dengan sikap sabar dan ikhlas, maka manusia akan mendapatkan rahmat dan keberkahan hidup dari Allah, sebagaimana lanjutan ayat Al Baqarah; 157,
 
”Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Oleh karena itu, sebagai manusia yang mengaku beriman pada Allah akan selalu menjaga dirinya untuk selalu ikhlas, sabar dan ridho terhadap keputusan dan ketetapan yang Allah berikan pada manusia. Semoga Allah memberikan kekuatan pada kita semua untuk istiqomah dalam ikhlas, sabar dan keridhoanAllah. Inilah sikap para nabi, rasul dan sahabat Rasulullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar